Minggu, 02 Agustus 2015

Halal bil Halal di ndalem KH. Masrikhan Asy’ari



Bagi Allah, segalanya mungkin! Janganlah bersedih …!

Alhamdulillah, usai lebaran kemarin, kami berkesempatan untuk sowan di ndalem KH. Masrikhan Asy’ari, Jatirejo, Mojokerto. Bagi Anda, yang gemar mendengar ceramah radio di seputaran Mojokerto saat menjelang maghrib, tentunya sudah sangat paham siapa KH. Masrikhan itu – bisa jadi, malah Anda jauh lebih paham dan lebih mengenal KH. Masrikhan Asy’ari daripada saya atau, malah sebagian dari pembaca ini adalah santri beliau.

Baiklah, terlepas apakah Anda pernah nyantri di pesantren beliau atau tidak, saya mencoba untuk kembali menulis sebagian “oleh-oleh” hasil dari kunjungan kami ke ndalem beliau. Dari sekian banyak petuah yang disampaikan, saya menggaris bawahi satu hal, yakni: dalam berbagai kesempatan, terkadang Allah (seolah) menjebloskan kita ke dalam suatu persoalan yang pelik – namun sesungguhnya, Allah hendak mengangkat derajat kita ke tempat yang tinggi, tanpa kita pernah menyadarinya.

Beliau, mengambil contoh kisah Nabi Yusuf as. Bagaimana pada saat itu, Nabiyullah Yusuf as., jelas-jelas terbukti tidak bersalah dalam kasusnya dengan Zulaikha, ibu angkatnya, namun pada kenyataannya – dengan berbagai skenario – beliau tetap dijebloskan ke dalam penjara. Tapi, siapa pernah sangka, jika kemudian – dengan sebab tersebut – justru Nabiyullah Yusuf as., diangkat derajatnya oleh Allah swt; diangkat sebagai rasul dan menjadi “orang penting” di kerajaan.

Siapa pernah sangka, jika Nabiyullah Ibrahim as., tidak binasa saat dimasukkan ke dalam bara api yang menyala-nyala oleh Raja Namrud, melainkan beliau malah terlepas dari ikatan yang membelenggu dirinya, dan beliau kemudian diangkat Allah sebagai Rasul pilihan-Nya.

Sahabat, berkaca dari cerita tersebut, sudah sepantasnya jika kita tidak perlu bersedih lagi atas berbagai persoalan yang datang menghampiri kehidupan kita. Atas berbagai problematika kehidupan yang menempa kehidupan kita. Biarlah persoalan itu tetap menjadi persoalan. Biarlah problematika itu tetap menjadi pelengkap seni kehidupan kita. Biarlah orang-orang yang membenci kita itu tetap dengan kebenciannya. Biarlah orang-orang yang mencaci maki kita itu, tetap dengan caci makinya. Kehidupan kita tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. La tahzan, innallaaha ma’ana – Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita!

Begitu pula Anda yang (mungkin) saat ini diuji Allah dengan kekurangan, percayalah dan yakinilah bahwa kehidupan belumlah berakhir – hidup ini masih koma, belum titik – pada saatnya Allah akan mengangkat derajat kita pada tempat yang tinggi, setinggi-tingginya. Percayalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ridhalah terhadap ketetapan dan ketentuan-Nya. Berbaik sangkalah pada Allah, karena sesungguhnya Allah memang Maha Baik dan Ia senantiasa akan memberi yang terbaik bagi hamba-Nya.

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna illaihi roji’un.” (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al- Baqarah [2]: 155-157).

Wallahu’alam bishowab.

@kangwiguk
Belajar atas apa-apa yang perlu dipelajari.

1 komentar:

Berikan komentar dengan bahasa yang santun, mari kita biasakan diri untuk melakukan perubahan yang positif di sekitar kita.